Hal yang menarik sekaligus menyelamatkan bangsa Indonesia barangkali adalah ketidakjelasan yang parah, saking kreatifnya para individunya. Jadi kalau orang berhimpun dalam partai A, seolah visinya sama, padahal nggak. Kalau orang berhimpun pada ormas B, dikira mikirnya begitu semua, padahal nggak.
Ini tanah Nusantara Bung, tanahnya bangsa yang aneh. Orang yang baik di tanah ini, sabarnya ga ketulungan, penyayangnya amat luar biasa. Orang yang jahat di tanah ini, jahatnya nggak ketulungan, jangankan KPK, Allah saja dilawan kok.
Fir’aun mah kalah top dibandingkan prestasi kezaliman para penguasa negeri ini. Karena Fir’aun itu jujur jahatnya dan jelas penindasannya pada bangsa non Mesir. Kalau pejabat di negeri ini bisa shalat sambil berniat merampok. Bisa ceramah di masjid untuk menipu. Fir’aun dan kaum-kaum yang dibinasakan di al Quran boleh jadi kalah lihai lah dengan para durjana bangsa ini.
Di sini spirit malaikat dan iblis bisa dimix dalam satu wujud manusia sehingga untuk korupsi bisa baca bismillah sambil berniat umroh. Atau artis hot pun bisa tiba-tiba tampil Islami di acara Ramadhan. Gejala Abdullah bin Ubay bin Salul syndrome sudah mengerubungi tanah ini. Untung rakyatnya selalu welcome, jadi tidak ada geger genjik yang parah. Kalau ada tai diaku roti, rakyat Indonesia oke2 aja ikut bilang bahwa tai itu roti, rasanya enak. Hahaha
Di sisi yang lain, ada petani biasa, yang ternyata waliyullah. Ada tukang becak, ternyata menguasai banyak ilmu. Bahkan banyak rakyat biasa yang kompetensinya jauh lebih mumpuni dari pada doktor dan profesor di kampus-kampus terkenal di negeri ini. Sungguh indah sekali ketidakjelasan ini. Sehingga CIA dan Mossad pasti pusing untuk memetakan kekuatan bangsa ini, wong membingungkan.
Menyoal korelasi PKS dan wahabi saat ini, sebenarnya itu jg penyimpulan case by case aja, wong konflik di Timteng sendiri rumit, karena urusan mereka kebanyakan juga soal duit. Seperti halnya Muhammadiyah dan NU yang akar rumputnya macam-macam dari yang konon agak liberal sampai yang ultrakonservatif, di tubuh PKS pun demikian, ada yang ikhlas jadi pejuang dakwah total, ada juga yang …. you know lah, ada yang jadi agennya orang-orang Timteng, ada yang sadar dan membumi untuk tanah airnya.
Dan di peradaban model Abdullah bin Ubay bin Salul al media al internetiyah macam sekarang, apa tidak lebih baik kita menabung keikhlasan hati saja. Biar nanti tidak kaget kalau sahabat yang selama ini dekat dengan kita tiba-tiba bisa membenci kita habis-habisan. Satu tahun kemudian jadi baikan lagi, mungkin dia lagi butuh dukungan suara atau kita pas lagi di atas angin. Ini musim gaduh. Jadi ga usah ikut gaduh.
Juwiring, 25 April 2016