Pernahkah kita bertanya, mengapa kok mainstream kajian sejarah Islam yang ada di masjid-masjid selalu dominan pada peperangan penaklukan, sementara kisah para sahabat yang jumlahnya ribuan dan menyebar ke berbagai wilayah untuk mendakwahkan Islam sejak sebelum Rasulullah wafat seolah lenyap, atau setidaknya tidak banyak dikaji?
Bukankah soal penaklukan kekuasaan Byzantium dan Persia oleh pasukan Islam sebenarnya hanyalah satu sudut pandang saja dari perjuangan dakwah umat Islam. Itu pun kalau bicara perang, selalu yang diceritakan adalah pembantaiannya, bukan bagaimana akhlak pasukan Islam hingga secara sosial mereka mendapatkan dukungan dari penduduk yang dilewatinya tanpa banyak menghadapi peperangan lokal.
Pasukan Islam langsung bisa merangsek masuk pusat kekuasaan dan melakukan penaklukan dengan efektif. Sehingga pertempuran berdarah di fase perluasan kekuasaan Islam termasuk cukup efektif dengan korban jiwa yang minim. Bahkan untuk menaklukkan dua wilayah kekaisaran besar, umat Islam cuma butuh waktu kurang dari 100 tahun. Padahal dua kekaisaran itu dahulunya butuh berabad-abad lamanya untuk membangun kekuasaannya.
Saya rasa kajian-kajian sejarah Islam itu harus dilihat kembali proporsinya. Agar umat Islam itu memahami makna JIHAD dan DAKWAH itu secara proporsional dan komprehensif. Tidak berat sebelah dan akhirnya menimbulkan berbagai aliran yang saling bertolak belakang. Sehingga tidak terjadi dikotomi ISLAM RAMAH dan ISLAM MARAH seperti yang jadi bahan olok-olokan sekarang. Islam ya Islam, ada sisi keramahan sekaligus ketegasan (bukan kemarahan) dalam kemenyeluruhannya.
Wahai para penceramah agama, sudahkah kalian berada di titik keseimbangan ketika hendak memberi pengajian kepada jamaah. Ingat, kesalahan pemikiran jamaah akibat mendengarkan ceramah, kalianlah yang bakal ikut menanggung konsekuensinya. Mari kita perbanyak diskusi agar kita tidak terjebak pada benere dhewe-dhewe. Status saya ini pun memancing siapa pun untuk membantah jika bisa mengajukan analisis bantahannya. Ingat, ajukan analisisnya, bukan sekedar umpatan kebaperan.
Juwiring, 27 November 2016