Esai simbah di Jawapos 1990 yang berjudul “Alhamdulil-Marx Sampai Agama Ditutupi Oleh Pemeluknya” tajam banget dalam mengkritik relativitas ideologi2 buatan manusia yang tidak akan mampu menawarkan solusi secara menyeluruh dan praktek kejumudan cara beragama ketika itu. Beliau juga mengungkapkan holistiknya Islam (syumuliyatul Islam) serta memaparkan ironi dari perilaku kebanyakan umat Islam yang justru menutupi wajah kemuliaan ajaran Islam dengan perbuatannya.

Esai tahun 1990 ini (jaman aku lagi dilairke), bukan saja relevan dengan era kini, bahkan lebih tepatnya esai itu menunjukkan betapa realita yang sudah beliau baca sejak 25 tahun silam itu ternyata justru tambah parah sekalipun sudah diperingatkan. Kayake kita memang suka cari sensasi kalau bikin rusak-rusakan gini yah. Ah, aku berusaha nggak ikut-ikutan ah. Rusak kok seneng, mainstream kok dimelok2i terus. Nggilani.

NB : bagi para penghujat maiyahan, sebaiknya baca esai2 simbah dari zaman pekak. Baca berkali2 ya, soalnya dari pengalaman diskusi banyak yang mengeluh dengan bahasa beliau yang katanya berat, yaelah. Sehingga kalau sekarang cuma dengar sepotong-sepotong turut Yutub utawa baca quote-nya turut Fesbuk njet nylekop ra karuan ngaran-ngarani sing ora2, ya gimana ya. Kamu nganu banget. Sungguh kamu nganu banget. Kurang piknik. Nek ra mudeng neng maiyah wis melu ngguyu wae, ning ra sah mikir sing elek2 sik.

Gunungkidul, 19 Juli 2015

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.