Fatwa para ulama adalah bahan untuk akal agar dalam membuat keputusan hidup lebih mendekati kebenaran. Mengapa? Karena ulama adalah pewaris ilmu dari kanjeng Nabi, sehingga tingkat presisi pemahamannya atas hal2 yang mereka kuasai relatif lebih tepat dari pada dapure dewe sing ra cetha iki. Ben ora rumangsa bener karepe dewe.
Maka fatwa ulama itu ibarat senjata. Nah kalau kamu udah dapat senjata, dipakai buat apa? Ya buat melaksanakan tujuan atas perolehan senjata itu. Kalau minta fatwa shalat, yo gek ditindakke shalate. Yang setiap hari ribut soal fatwa ulama kuwi kira-kira mirip wong duwe senjata ning malah nggo gelut merga do pamer apik2an senjata. Kekanak2an sekali to.
Masalahnya masa yang penuh fitnah, dan lemahnya pemahaman kita, kita bingung menentukan siapa ulama siapa bukan. Buktinya kan jelas, perselisihan sesama umat Islam menunjukkan bahwa kita masih bodoh dalam menemukan ulama, yang ada kita melantiki ulama, akhirny yo ulama yo umate do klaim2an sing paling bener dewe. Nah, kalau sudah sampai sini tahu kan betapa kita masih jauh dari cahaya-Nya. Jauh sekali. Masih mau bilang “jamaah ini yang paling benar n masuk syurga?”
Maka, berdoa “ihdinash shiratal mustaqim” tidak hanya cukup pas sholat saja. Orang shalih nan cerdas dahulu saja berkali-kali berdoa memohon petunjuk, apalagi dapure dewe sing ra nguati iki. Wis bodo, gemredek wae isihan.
Surakarta, 25 Mei 2015