Saya itu sekarang kalau lihat dunia partai politik itu ya obyektif saja, nggak perlu pakai perasaan-perasaaan segala. Nek apik dan jujur ya diapresiasi, pas kedodoran kakean muslihat ya tidak dibela. Gitu aja kok repot.

Mbok teman-teman saya sendiri yang sekarang jadi begituan, ya tetap dipandang dengan santai lah. Teman tetap teman, tapi tidak ada urusan dengan bela membela, salah yo tetep salah. Salah pun tetap dikasihi sebagai teman, tapi bukan dibela kesalahannya.

Demikian pula di aspek lain, beda paham, beda ideologi, dll. Selama janji pertemanan masih ada ya berteman. Jika satu pihak memutuskan, ya yang penting aku tidak memutusnya. Jika lama tak menghubungi, bukan karena memutus, cen aku ki males pesan-pesanan lewat mesin.

Mari berkomunikasi saja antara manusia dengan manusia, bukan mesin dengan mesin. Lagian rasane aneh jagongan lewat layar gawai. Aku pernah rada nganu piye ngono sok akrab mbi cah-cah putri lewat WA ngono, jebul dipikir-pikir nganggo logika ketok pekok tenan aku jaman kui. Lagian ketemu langsung mereka sok do menunduk, padahal lewat WA ra karuan unine.

Akhirnya, mesin layar gawai itu ya untuk hal-hal darurat dan penting saja. Tidak boleh ada lagi kekonyolan-kekonyolan tak bermutu seperti itu lagi. Hidupku lebih tenang, lebih nyata, dan lebih tidak ruwet.

Juwiring, 2 Agustus 2016

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.