Pak Ridwan Kamil tahu bahwa dirinya melalui mesin kekuasaan Pemkotnya tidak mampu mengatur para BigBos yang telah menguasai sebagian aset kota Bandung. Maka dengan ilmu arsitek dan tata ruang urban yang beliau kuasai, beliau memaksimalkan pelayanan kepada rakyat kecil.

Setiap postingan IG-nya terlihat bagaimana beliau membangun stabilitas kepemimpinannya dengan pengabdian kepada pihak-pihak yang selama ini ditindas oleh para Tuan dan centhengnya. Masalah Bandung memang masih banyak yang belum terselesaikan, apalagi jika urusannya terkait dengan para Juragan yang punya banyak centheng dari tingkat kota sampai Pemerintah Pusat, jelas beliau tidak mampu mengusik mereka. Dan jika beliau memaksakan, justru beliau akan kehilangan kesempatan berkhidmat untuk tanah kelahirannya. Dari caranya selama ini, beliau sangat memahami permainan tersebut sehingga beliau lebih fokus dengan program kerakyatannya dari pada berpolemik dengan kaum Raksasa.

Di antara para pemimpin pemerintahan, beliau adalah salah satu tokoh yang tahu prioritas pembangunan dan tahu tugasnya dengan benar. Semoga selamat sampai akhir masa jabatan ya Pak, bila perlu 5 tahun lagi di Bandung, sebelum hijrah ke kota lain yang butuh sentuhan Urban Development-mu. Jangan terpancing dengan iming-iming jadi Gubernur, karena kompetensi dan kreativitasmu lebih dibutuhkan untuk membela masyarakat urban yang terancam dihabisi para Buto Ijo rakus dan ancaman penyakit (fisik dan mental) akibat tata kota yang rusak. Menjadi Gubernur dan Presiden butuh tipikal manusia dengan kewibawaan yang besar, ibaratnya kita butuh sosok yang sorot matanya sudah mampu membuat gemetar para pemimpin negara lain, dan jika berjabat tangan mampu menyalurkan pesan, “mari saling bersaudara dengan cara terhormat”.

Dan bagi kita yang dikit-dikit nuntut pemimpin yang baik, seberapa serius sih kita itu mempersiapkan diri untuk menjadi warga yang dipimpin orang baik? Bukankah pemimpin adalah cermin dari mayoritas masyarakatnya sendiri. Kalau kelasnya kita ya baru suka menuntut, gampang berkubu karena kepentingan duit, gampang diprovokasi yang remeh-remeh, serta gampang menghina dan merendahkan martabat pribadi pemimpin, ya yang sabar kalau dikaruniai pemimpin yang ga jauh beda dengan kebiasaan kita semacam itu. Penakmen Gusti Allah kon nuruti karepmu kabeh.

Juwiring, 19 September 2016

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.