Tembang ini diyakini sebagai karya dari Kanjeng Sunan Kalijaga
Syair (alih bahasa) :
Lir ilir lir ilir (bangunlah bangunlah)
Tandure wus sumilir (tanaman sudah mulai bersemi)
Tak ijo royo royo (begitu hijau)
Tak sengguh temanten anyar (bagaikan gairah pengantin baru)
Bocah angon bocah angon (anak penggembala, anak penggembala)
Penekna blimbing kuwi (tolong panjatkan pohon belimbing itu)
Lunyu lunyu penekna (sekalipun licin, tetaplah panjat)
Kanggo mbasuh dodotiro (untuk mencuci pakaianmu)
Dodotiro dodotiro (pakaianmu, pakaianmu)
Kumitir bedah ing pinggir (terkoyak di bagian samping)
Dondomono, jlumatono (jahitlah, benahilah)
Kanggo seba mengko sore (untuk menghadap nanti sore)
Mumpung padhang rembulane (selagi masih terang rembulan)
Mumpung jembar kalangane (selagi masih ada waktu)
Yo surako surak iyo (dan bersoraklah dengan sorak “iya”)
Makna :
Bangkitlah dan sadarlah dari keterpurukanmu
Agama Islam telah tumbuh dan berkembang
Ajarannya begitu menyejukkan dan menyegarkan jiwa
Menjaminkan kebahagiaan lahir dan batin
Para penguasa, para pemimpin
Anutlah ajaran Islam (dengan 5 rukunnya – disimbolkan buah belimbing)
Walau susah dan banyak rintangan, tetaplah imani dan yakini
Untuk membersihkan kotoran yang melekat pada jiwamu
Keimanan dalam jiwamu
Telah rusak dan memudar di beberapa bagian
Sucikanlah diri dan perbaikilah kembali
Sebagai bekal untuk nanti menghadap Allah ketika sampai ajalmu
Selagi kamu masih hidup, mampu, dan sehat jiwa raga
Selagi masih terbuka hidayah dan ada kesempatan bertaubat
Dan jawablah seruan Allah dengan keimanan penuh
Juwiring, 25 Oktober 2016