Karena sejak pilpres 2014 ramai istilah KONSIPIRASIONG, PROXY WOANG, dan istilasiong2 yang keren-keren, ada pancingan nih. Selama ini kan kita itu sering gelut melulu, tapi lupa sejenak berpikir “Kenapa kita harus bermusuhan sih?”
Kita terlanjur memakan dogma sejarah kayak ngemplok agar-agar, ndak mikir, ndak mau menelaah kembali. Bagiamana jika sejarah soal PKI di masa 1965 di telaah lagi? Bagaimana jika ternyata kita hanya diadu domba oleh AS dan Rusia-China yang sedang perang dingin?
Bagaimana jika kita buat peta konflik begini? Di Jawa Timur, AS memprovokasi NU untuk membalas pembantaian PKI sebelumnya pada para kiai (PKI Aidit distir China)? Di Jawa Tengah AS juga memprovokasi TNI AD dan pemuda marhaen membalas pembantaian PKI pada para jenderal? Dan saat orang-orang PKI China ditumpas, orang-orang PKI Rusia bebas melenggang di Orde Baru.
Hari ini, jangan-jangan kita diminta gelut lagi. Jadi kadang kita lebih suka cari-cari alasan untuk saling bermusuhan satu sama lain. Benarkah perbedaan kita sampai level harus bunuh-bunuhan. Lalu, buat apa jadi orang Islam kalau nafsunya ingin membunuh?
Hari ini kita mendadak mahir bicara kons spira siong macam begituan. Sebenarnya tipenya mirip dengan film, telenovela, atau lagu pop yang lagi laris. Sesudah itu akan dilupakan kembali. Apalagi broadcast WA dan BBM terus membanjiri layar gawai kita. Sebuah khayalan masa lalu yang kini menjadi kenyataan.
Sejarah itu milik para pemenang. Jika kita selalu merasa menjadi bagian yang kalah, wajar jika kita akhirnya tertipu terus-terusan. Mosok yo pengin kalah terus? Aku moh.
Gunungkidul, 23 Juli 2015