Dulu saya memercayai bahwa sistem yang fasad saat ini harus dilawan dengan sistem yang besar dan sama kuatnya. Logika ini masuk akal sih. Tapi setelah mengalaminya dan mempelajarinya justru saya temukan kontradiksinya. Setiap sistem itu membesar melahirkan kefasadan baru atau justru melipatgandakan kefasadan dari sistem lama yang ditumbangkan.
Dakwah para Nabi, terlebih sangat jelas di era Rasulullah adalah menumbangkan sistem-sistem raksasa itu agar tidak memperbudak manusia. Manusia dididik untuk memiliki keyakinan secara individu sebagai insan beriman dan ditugaskan untuk saling menyelamatkan manusia lainnya. Adanya peperangan dalam Islam itu adalah puncak dari pertaruhan martabat umat di hadapan musuhnya, bukan ekspansi perluasan. Maka konsep peperangan di masa Rasulullah dan khalifah 4 berbeda dengan era raja-raja Umayyah hingga Utsmaniyah. Begitu Ali wafat, kekhalifahan Islam tak lagi utuh fungsinya, sisi kekuasaan diperebutkan para raja dengan sejarah berdarahnya, sisi kepemimpinan umat dipegang para ulama.
Sehingga ketika dunia Islam diperintah raja yang sangat buruk sekalipun, umat Islam belum hancur karena ulama terus lahir dari waktu ke waktu. Barulah ketika serangan kolonialisme yang lengkap dari pemikiran hingga ekonomi menggrayangi dunia Islam, umat Islam benar-benar tercerai berai. Tatanan masyarakat Islam yang ditegakkan Rasulullah dan para ulama dihancurkan sendiri oleh umat Islam dengan kebodohannya, akibat terlalu cinta dunia dan takut dengan kematian. Kebanyakan umat Islam tersekat oleh fanatisme golongan yang terus dipertahankan oleh para “ulama” mereka yang tak ingin kehilangan kursi kekuasaan.
Dan di zaman ini, kita melihat aneka kontradiksi yang aneh di tengah umat Islam. Seharusnya kita bertanya, mengapa seakan-akan terlihat banyak ulama, kok setiap ada perbedaan sering berujung pada perpecahan. Berbeda itu adalah kewajaran, sementara berpecah belah adalah pantangan. Tapi kok nyatanya terus terjadi. Adanya klaim dan berbagai perebutan menandakan bahwa tradisi kepemimpinan telah mati. Yang ada tinggal tradisi kekuasaan. Umat Islam sedang pincang, kaki kanannya hilang. Tinggal kaki kirinya yang penyakitan dan terus menerus digerogoti penyakit.
Juwiring, 4 Februari 2017