Mengikuti obrolan bang Ricky Elson tadi malam di teras rumah Pak Suyudi dan mengikuti sharing inspirasinya, banyak klarifikasi yang diperoleh atas kedustaan media-media anu. Dan tentu saja banyak pesan hidup yang dapat dipetik. Bagi saya, rasa penasaran terhadap sosok beliau terjawab. Bahwa ksatria itu terlahir dari medan juang, tidak mungkin dari ongkang-ongkang.
Tidak mungkin bang Ricky Elson tiba-tiba tune in dengan perjuangannya selama ini (sejak diposting di FB), tanpa latar belakang masa kecilnya yang luar biasa. Apalagi di fase sebelumnya, dalam pandangan awam beliau sudah berkiprah besar di Jepang dengan segala kenyamanannya, kok mau-maunya pulang ke Indonesia. Bahkan saat dihujat, kok beliau tetap bertahan di sini dan justru merintis konsep pemberdayaan yang sangat tidak lumrah di kalangan para teknolog sebelumnya, misalnya Pak Habibie yang memilih kembali ke Jerman atau ilmuwan lain yang kembali ke perusahaan asing. Di forum tadi malam terjawab sudah. Keluarga, dan sosok ibulah kunci terbentuknya pribadi beliau seperti saat ini.
Saya senang dengan gagasan beliau mendasar tentang teknologi yang berbasis pada alam dan pelayanan kebutuhan manusia, bukan teknologi keren-kerenan seperti yang sedang menjadi trend sekarang. Visi kemandirian yang diusung beliau bukan sekedar bagaimana urusan duit, tapi aplikasi nilai-nilai Quran yang sesungguhnya bagaimana menjadikan al Quran sebagai sumber inspirasi untuk menata kehidupan manusia yang lebih baik, bukan sekedar bahan ribut seperti sekarang.
Sindiran telak dari beliau adalah “sebagian umat Islam sekarang itu sering menjadikan aktivitas bekerja sebagai iseng sekedar menunggu waktu shalat berikutnya, mereka sibuk membaca al Quran tetapi tidak peduli pada nasib di sekitarnya”. Maka idealnya, shalat adalah moment orang beristirahat karena lelahnya menjalani ibadah (bekerja) sebagai wujud kesungguhan kita. Sebagaimana Kanjeng nabi berkata kepada Bilal agar segera mengumandangkan azan jika waktu shalat tiba sebagai pertanda saatnya istirahat. Shalat adalah ibadah yang tata caranya diatur oleh Allah sedemikian agar kita merasakan kenikmatan istirahat. Bukan sebaliknya, kebanyakan istirahat sehingga shalat dianggap sudah berat dan membosankan.
Juwiring, 7 Desember 2015