Saya tulis apa yang penting agar menjadi pengingat diri sendiri di masa-masa nanti. Hari ini saya masih bisa menikmati sedikit arti kemerdekaan, walau masih banyak sisi diri yang masuk dalam penjara Dajjali (ilusi pengetahuan, dominasi opini, doktrin kekuasaan, fasad demokrasi, dll).

Tak ada yang dapat menjamin bagaimana keadaan diri di waktu nanti, di saat kerusakan dan ilusi akan semakin masif digerakkan. Semoga ini bisa menjadi cara mateg aji dan menjadi kenang-kenangan yang akan mengingatkan di masa depan. Dan bagi yang bisa mengambil manfaat dari status ini, itu terserah pembacanya.

Kita semua memiliki penglihatan sendiri-sendiri atas setiap hal. Meskipun seharusnya saling dibagikan, tetapi banyak yang tidak lagi dapat dibagikan hari ini. Aturan main tetap berlaku, jika percaya ambilah, tidak percaya ya tinggalkanlah. Karena urusan akhirat itu LPJ sendiri-sendiri. Di dunia ini, saatnya untuk bersama, jika bisa menjalani kebersamaan itu.

Perkataan “sesungguhnya aku melihat apa yang tidak dapat kamu lihat” itu bukan hanya kata-kata yang diucapkan Iblis ketika melihat pasukan langit turun di hari Badr. Tapi itu kata-kata yang secara umum akan keluar dari lisan setiap orang yang belajar dan dibukakan pintu-pintu pengetahuan dan ilmu. Iblis bukan makhluk bodoh, dia makhluk sangat cerdas dan merupakan contoh yang baik bagi manusia dalam semangat belajar dan kreatif dengan “tugas”-nya.

Ini sebuah penanda di awal pekan ini, tentang proses belajar panjang menemukan kesadaran-kesadaran baru dalam hidup setelah sekian lama dikepung berbagai ilusi karena begitu masifnya. Sesuatu yang tidak akan banyak dipercaya orang karena memang tidak lazim.

Bahkan Muhammad yang saat itu sudah memiliki reputasi sebagai al Amin, pemandangan fisiknya indah menyejukkan, perkataannya selalu baik, ucapannya fasih, tidak memiliki catatan kriminal semasa hidupnya, dan dia memiliki segala tanda-tanda kemuliaan sebagai manusia saja tidak dipercaya ketika menyampaikan gagasan yang bertentangan dengan keadaan umumnya masyarakatnya yang secara teknologi masih primitif sehingga potensi tuduhan dan kebohongan dapat dirunut dan dibuktikan. Artinya jika Muhammad mengarang atau menyadur milik orang, hal itu masih lebih mudah ditelusuri. Nyatanya penolakan tetap terjadi sekalipun mereka tahu bahwa yang dibawa Muhammad bukanlah sesuatu yang mampu dibuat manusia.

Apalagi hari ini, di mana sejak bangun tidur sampai tidur lagi kita dikepung oleh kesemuan dan tidak diberi kesempatan untuk menelusurinya lagi, paling tidak melihat kerangka dasarnya agar kita memiliki skala atas apa yang kita serap tersebut. Bisakah kita membedakan informasi yang masih asli seperti 14 abad silam seperti yang dibawa Muhammad dengan aneka kamuflase yang mengelilinginya. Bisakah, sementara kemampuan kita dalam memahami al Quran belum tentu ada seujung kukunya para salaf.

Jika ada seorang lelaki datang dari kalangan kita memberitakan hal-hal yang asing, kita sudah mulai tutup telinga, tak sudi mendengarkan, apalagi mengkajinya dalam-dalam, melihat sisi benarnya, melihat sisi salahnya. Seperti itu pulalah yang terjadi di 14 abad silam dan abad-abad sebelumnya, setiap kali orang biasa dari kaumnya menginformasikan sesuatu yang tidak lazim di antara kaumnya, kebanyakan menutup telinga, menyebutnya gila, dan menuding yang tidak-tidak. Terlebih jika mengusik kepentingan kuasa dan ekonominya, mereka bangkit melawan dan memberangusnya. Ini peristiwa sejarah yang sangat faktual bukan dan berulang setiap masa hingga hari ini.

Finally, jika tidak tertarik dengan status-status yang sebenarnya bisa saya tulis untuk diri sendiri ini, tinggal diunfollow saja ya. Maaf lho ya jika mengganggu pemandangan di dinding fesbuk.

Juwiring, 24 Juli 2016

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.