Pemburukan citra Islam terus diproses secara rapi dan berkelanjutan. Di tengah dikotomi yang terjadi di segala bidang, maka umat Islam cukup dipancing isu remeh yang membuat masing-masing kubu terus berdebat dan saling berkelahi. Dan saat itu terjadi, media tinggal mengangkatnya jadi berita, lalu timbul perdebatan lagi, tak selesai-selesai.

Dan tahukah, ruang perpustakaan dan majelis-majelis diskusi umat Islam kosong, karena pengajian yang digelar saat ini lebih banyak bersifat satu arah dan membuat umat Islam tidak terbiasa membuat komparasi atas informasi yang diterima. Umat Islam jadi mudah fanatik dan suka berdebat dengan sesamanya. Tak jarang pula saling mengejek dan membenci. Meskipun perpecahan itu telah dinubuatkan Nabi akan terjadi, tapi paling tidak kita segera menyadari dan menghindarkan diri agar tidak menjadi motor perpecahan semacam itu.

Kita lebih mudah terjebak pada prasangka terhadap sesama umat Islam. Saking sibuknya saling mencurigai, kita enggan belajar menelusuri grand desain dan pangkal dari upaya penghancuran yang selama ini mencengkeram kita. Keengganan ini berbuah pada ketidaktahuan umat pada hal yang lebih penting bagi urusan keselamatan mereka di dunia dan di akhirat, banyak menganggur dan akhirnya suka bikin sensasi saja.

Citra Islam akan terus diperburuk dengan kebodohan umat Islam sendiri. Tindakan-tindakan konyol yang acapkali kita lakukan dengan mudah menjadi bahan tertawaan khalayak mengingat cara penyebaran informasi hari ini begitu cepat. Ketidakampuan kita mengelola informasi, terutama di kalangan intelektual Islam, tidak saja akan menjadi bahan tawa, juga akan membuat umat Islam yang awam mudah jadi gorengan hoax. Dan jika umat Islam awam rusak pikirannya, apa kaum intelektual muslim hendak lepas tanggung jawab dari fardhu kifayah ini?

Ngawen, 10 Juli 2016

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.