Kepemimpinan itu adalah kesadaran melihat ukuran diri atas kadar yang Allah tetapkan diikuti pengendalian diri agar tidak melanggar hak orang lain.
Jika dalam satu masyarakat kecil hal semacam ini diterapkan, maka dengan sendirinya akan tersibak siapa yang layak menjadi imam bagi kaum itu. Tapi cara ini pasti tidak banyak disetujui kebanyakan manusia, karena manusia cenderung inginnya bebas tanpa batas atau menguasai manusia lainnya.
Memilih pemimpin itu sama sulitnya seperti zaman dulu ketika mengakui seseorang adalah utusan Allah. Coba kita simulasi, ketika ada orang baik-baik mengaku sebagai utusan Allah, apakah kita akan mudah percaya dengan pernyataannya? Apalagi zaman sekarang, orang bisa bikin iklan untuk menyatakan diri baik, pantas memimpin, dan seabreg citra yang dikenalkan.
Dan sebenarnya, segala cara yang sekarang sedang jadi sumber pertengkaran kita bersama adalah urusan kekuasaan. Yang namanya kekuasaan, tidak selalu mewakili urusan kepemimpinan, karena tergantung kepentingan penguasanya. Apakah berkuasa untuk memimpin, untuk menuhankan diri, untuk meraih materi, dll.
Kepemimpinan itu tentang keteladanan, pengorbanan, dan pertaruhan iman. Jika Allah saja meminta kita menjadi pemimpin bagi diri sendiri, apa kita tidak curiga jangan-jangan kepemimpinan kabilah dan umat itu memang tidak dikompetisikan, dia harus ditumbuhkan secara alami lewat mekanisme nabawi.
Sang pemimpin tidak mungkin bilang “saya adalah pemimpinmu”, apalagi mereka bukan orang yang diberi wahyu seperti nabi dan rasul. Kitalah yang harus peka untuk mengenali siapa saja yang layak memimpin kita. Yang penting tidak GR bahwa kita yang paling pantas memimpin umat, nanti bisa kena kutukan kayak Iblis.
Sekali lagi ini soal kepemimpinan lho, alias imam(ah), tapi saya rada takut bilang itu, karena istilah imamah terlanjur dimonopoli kaum Syiah. Kalau tidak saya kasih keterangan, saya bisa distempel Syiah. Sementara yang sekarang terus-terusan bikin gaduh adalah urusan kekuasaan, tempat di mana materi bisa diraup dan posisi pemaksaan manusia kepada manusia lainnya bisa dijalankan.
Jadi yang memang berminatnya pada perkara kekuasaan tidak perlu serius memikirkan status ini. Status ini hanya bermanfaat bagi yang mencari pemimpin.
Ngawen, 28 Juni 2017