Mbok ya sekarang itu jangan dikit-dikit ngomong kaffah gitu lho. Bahwa mewujudkan kehidupan Islam yang kaffah itu memang tujuan kita, tapi yang realistis gitu lho.
Pakaian kita, yakin bisa memastikan 100 % halal? Baik dzat maupun proses pembuatannya (lihat tuh pabrik tekstil yang membuat orang-orang harus bekerja seharian dengan bayaran sekecil itu, belum lagi bahan bakunya kalau dari proses perusakan lingkungan, dll).
Makanan kita, yakin bisa memastikan 100 % halal dan thayib? Baik dzatnya, proses produksinya, maupun proses sosialnya. Belum lagi berbagai benda yang melekat di tubuh dan tempat kehidupan kita. Pernahkah kita tafakkuri semua itu, terutama tingkat kehalalan dan mudharatnya bagi kehidupan kita?
Jangan tanya lagi soal realitas politik, kebudayaan, dll yang juga pasti kita hadapi setiap hari. Kaffahe neng ngendi rek? Makanya kalau mau benar-benar kaffah hari ini ya pergi ke pedalaman yang jauh dari kehidupan manusia. Tapi kan Islam tidak menyuruh kita begitu.
Makanya dengan menjadi pemeluk agama Islam itu seharusnya kita mulai memikirkan untuk membuat sistem mandiri, mulai dari pangan, ekonomi, teknologi dan berbagai hal. Mandiri di sini maknanya, kita umat Islam itu bisa memastikan benar-benar bahwa yang kita bikin itu dengan cara yang benar dan tidak merusak lingkungan baik alam maupun sosial. Di situ kita akan nemu fungsi Islam sebagai pembawa maslahat kehidupan.
Ya kita lakukan sebisanya, semampunya, sampai Allah terharu lihat usaha kita. Bukan njet kita akan merubah negara dan dunia. Hyuhhhhh, wong membebaskan diri sendiri dari segala barang tidak jelas saja susah, kok arep ngrubah ndonya rek rek.
Juwiring, 19 Oktober 2016