Kalau sistem kenegaraan kita jelas, negara kan harusnya yang punya roadmap jangka panjang. Tidak bisa diklaim oleh politisi mana pun sebagai keberhasilannya.

Pendidikan, kesehatan, pembangunan infrastruktur, dll semestinya sudah merupakan kewajiban setiap zaman mesin penyelenggara negara (birokrat). Keberadaan politisi itu hanya mempercepat dan meningkatkan pelayanan (kalau bisa). Minimal tidak ngruwet-ngruweti dan menyabotase.

Jadi, dengan roadmap yang jelas. Para politisi kalau kampanye dituntut untuk menawarkan inovasi dalam penyelenggaraannya. Sebab menyelenggarakan pendidikan, kesehatan, pembangunan infrastruktur, dan hal-hal menyangkut hajat hidup orang banyak itu bukan hal yang selesai dalam 5 tahun. Ia seharusnya merupakan program kontinyu yang sudah berjalan tanpa henti. Politisi hanya bisa mengintervensi untuk urusan menawarkan inovasi atau mempercepat proses saja.

Jadi gonta-ganti kurikulum pendidikan, keruwetan BPJS, hingga silang sengkarut urusan infrastruktur semestinya tidak mungkin terjadi jika keberadaan negaranya jelas. Sebab menteri pendidikan tidak bisa seenaknya menggonta-ganti kurikulum. Demikian pula menteri kesehatan tidak bisa seenaknya mengutak-atik kebijakan tentang kesehatan. Apalagi presiden, tidak bisa mengklaim pembangunan infrastruktur sebagai hasil kerjanya sendiri. Harusnya dengan rendah hati menyatakan bahwa apa yang dikerjakannya melanjutkan dan mempercepat apa yang sudah dimulai pendahulunya. Sebab siapa pun tahu, membangun waduk, jalan, dll iitu butuh waktu yang sangat lama sejak perencanaan awalnya. Yang percaya pembangunan jalan bisa selesai 5 tahun itu pasti kebanyakan mengkonsumsi mitos pembangunan Jalan Raya Pos Daendels yang diklaim selesai dalam waktu 3 tahun. Percaya bikin jalan 1000 km secepat itu?

Jadi untuk pemilu 2019, sebaiknya nggak usah serius-serius amat. Wong kedua kandidat capres itu absurd semua. Pilihlah dengan santai, tidak perlu berharap muluk-muluk. Yang sekarang berkuasa sudah terbukti tidak menjalankan sebagian besar janjinya, terserah apa pun alasannya. Yang menjadi rivalnya, juga menawarkan janji yang absurd. Artinya siapa pun dari keduanya yang jadi, paling ya gitu-gitu aja. Nikmati saja great sale 5 tahunan itu dengan sabar dan tetap berjuang. Sambil mbuh piye carane kita tegakkan kembali negara yang sedang hilang ini.

Surakarta, 9 November 2018

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.