Bung Karno dulu punya perencanaan yang matang soal pembangunan transportasi darat, yaitu kereta api. Proses pembangunan di awalnya memang mahal, tapi perawatan selanjutnya sangat efisien dan membuat kita tidak terlalu konsumtif pada bahan bakar. Alokasi dana negara yang besar akan digunakan untuk membangun teknologi kemaritiman dan aeronautika, itulah mengapa banyak anak-anak yang disekolahkan ke luar negeri.
Dan semua itu ternyata butuh waktu lama, banyak elit negeri ini tidak sabaran. Karena menjadi bangsa berdikari itu duitnya dikit, ga cepat kaya. Paling enak ya mending mengajukan hutang, dapat komisi, gandeng industri asing sebanyak mungkin, bangun sekolah yang menghasilkan kelas pembantu baik di sekolah menengah maupun pendidikan tinggi. Tidak usah heran jika di kawasan pertanian, berdiri SMK otomotif yang prospek kerjanya di Jakarta. Karena setiap hari belajar menjadi jongos, makanya susah untuk mengerti kedaulatan yang sejati. Semua berjalan indah dengan doktrin PEMBANGUNAN.
Era PEMBANGUNAN konon juga masih membahayakan, karena bangsa ini malah bisa bikin pesawat. Yang jika ditukar apa pun, mahal jatuhnya. Untung besar bangsa ini. Kalau pesawat saja bisa, nanti bikin yang lain-lain juga bisa. Bahaya. Apalagi si kecil jenius itu sedang menjadi orang kuncinya. Sikat. Sekarang kita memasuki era SEOLAH-OLAH. Silahkan bicara Islam, kemajuan, kesejahteraan, kemodernan dan sebagainya, tapi ingat, cuma seolah-olah. Karena yang asli telah terkubur oleh kebodohan cara berpikir kita dan tergadaikan oleh nafsu untuk cepat kaya. Semua ingin cepat kaya, bila perlu tanpa bekerja. Tidak peduli orang yang rajin shalat maupun tidak, agamanya dan tuhannya sama, ARTA.
Ngawen, 17 Oktober 2016