Zionis Israel itu sebenarnya mampu untuk melenyapkan Palestina dalam sekejap, wong persenjataan mereka sudah sangat mutakhir. Mengapa tidak dilakukan? Karena eksistensi Israel sendiri masih ditentang oleh banyak negara, terutama negara Islam.
Arab Springs digelar atas nama demokratisasi Arab, padahal itu adalah strategi untuk menumbangkan penguasa-penguasa Arab yang kuat (dan menentang Israel) dan menciptakan situasi tidak stabil di sana, sekaligus menjadi alasan untuk mendesain lahirnya kelompok bandit yg membawa-bawa nama Islam, seperti ISIS dan semacamnya. Dengan eskalasi konflik yang meningkat, Israel akan memiliki legitimasi untuk menggunakan senjatanya dengan alasan mempertahankan diri. Apa alat legitimasinya? Salah satunya lewat propaganda berita media massa yang sudah diimani umat manusia sedunia.
Kini seluruh Arab hampir ditundukkan. Jangan tanya Saudi, itu sudah pertama kali ditundukkan dengan cara direbut dari Turki Utsmani oleh dinasti Saud dibantu Lawrence dari Inggris. Pernah ada satu Raja Saudi yang sebenar raja dan saya menghormati jasanya untuk dunia Islam karena berjuang membebaskan Palestina, Raja Faishal rahimahullah. Saya terkagum membaca sejarah kehidupan beliau yang diliputi kesederhanaan, berbeda dengan Raja Raja Saudi pada umumnya.
Kini tinggal Suriah dan Yaman yang belum berhasil dikuasai sepenuhnya. Perang saudara terus berkecamuk, menurutku bukan urusan Sunni-Syiah, tapi antara agennya Zionis kontra anti Zionis, dengan korbannya adalah rakyat Suriah dan Yaman yang memilih mengikuti para ulama mereka agar tidak terlibat dalam perang. Dan saya lebih yakin bahwa para ulama inilah yang lebih tepat pendapatnya, sebagaimana pendapat ulama Indonesia di era pergolakan di masa awal pasca perang kemerdekaan.
Dengan wafatnya Qadafi, Saddam Hussein, dikudetanya Mursi, dan dikacauakannya situasi Timur Tengah, maka Israel akan mudah mbebedung Palestina. Mereka akan menjadikan Palestina seperti mainan untuk sesekali diisengi dengan bom dengan rudal dll. Jangan bicara soal kemanusiaan, jika bos pusat pendiri Zionis saja mampu mengadu negara-negara di dunia untuk berperang sampai dua kali perang dunia dengan korban ratusan juta orang, apalagi cuma mainin Palestina. Beruntung anak-anak Palestina mentalnya tidak kayak kita yang cemen kayak gini, juga ibu-ibu mereka tegar tidak seperti wanita sosialita macam sini.
Akhirnya, saya hanya bisa turut menitikkan air mata setiap kali mendengar Israel mengganggu Palestina. Negeri itu dikhianati oleh negeri muslim lain, termasuk kita. Kita yang dulu merdeka dan diakui pertama kali oleh mereka, namun kita belum mampu berbuat yang semestinya. Masyarakat kita sibuk mengklaim diri merasa paling berjasa dengan bendera ormas dan parpolnya sendiri-sendiri, tapi belum serius bersatu sebagai negara. Kita belum punya suara bulat untuk berterima kasih pada mereka, kita masih sibuk merasa menjadi pihak yang paling berjasa dan itu menjadikan kita saling iri dan rebutan eksistensi. Kita mengkhianati Palestina.
Sementara itu bosnya Zionis terus menjalankan perancangannya ke seluruh dunia, membodohkan dunia dengan berita dusta, mencekik kehidupan dunia dengan ekonomi ribanya, umat Islam semakin terpenjara dalam kebodohan dan kemiskinannya. Dua hal yang paling susah untuk disembuhkan. Sementara prioritas dakwah kita setiap saat hanya bertumpu pada soal kekuasaan dan golongan, bukan iman dan persatuan Islam. Kita terus ribut satu sama lain, tanpa sadar bahwa Palestina semakin jauh dari kita, semakin sendirian karena kita lebih suka ribut satu sama lain.
Ya Allah, jagalah Palestina kami, jagalah saudara-saudara kami di sana. Maafkan atas kebodohan dan kelemahan kami.
Ngawen, 22 Agustus 2016