Mengkaji pemikiran Ali Syariati itu memberi kesadaran betapa paradoks dan peliknya perjalanan kaum intelektual di setiap peradaban. Sebagai seorang sosialis kanan, ia menyadarkan rakyat Iran yang dikuasai rezim Syiah Syafawi sehingga lahirlah revolusi dan Iran dipimpin oleh golongan Syiah Imamiyah.

Ali Syariati sendiri sebenarnya orang yang “terbunuh” oleh kedua aliran tersebut karena yang Syafawi ia tentang habis-habisan, yang Imamiyah pun ia kritik begitu pedasnya. Iran berganti wajah Syiahnya dengan konsep yang lebih mapan sehingga kini menjadi negara mandiri yang kuat. Bahkan kini Iran menjadi sekutu utama Rusia dalam melancarkan berbagai perang dan menyebarkan ideologinya saat ini.

Syiah Imamiyah yang awalnya hanya gerakan kultural selama berabad-abad kini melembaga menjadi sebuah negara sejak revolusi 1977. Mereka berbeda dengan Syiah Ismailiyah (yang pernah mendirikan dinasti Fatimiyah dan membangun Universitas al-Azhar sampai akhirnya ditaklukkan oleh Shalahuddin al-Ayyubi), bahkan memusuhinya dan mengusirnya dari Iran. Akhirnya sebagian kaum Ismaili ini tercecer di Afghanistan nasibnya diceritakan dengan terang di Selimut Debunya mas Agustinus Wibowo.

Dalam melakukan kaderisasi, orang-orang Syiah memancing sasarannya dengan pemikiran Syariati yang memang mencerdaskan dan membebaskan. Barulah setelah mereka intens dan tertarik, mulailah doktrin Syiah yang sesungguhnya masuk seperti kisah Pembantaian Husein di Karbala. Maka orang Syiah yang sudah kuat biasanya akan diam karena mereka tunduk di bawah ulama-ulama mereka kalau soal akidah dan fikih. Kalau ada orang mengaku Syiah tapi masih gegeran di publik, bisa jadi masih unyu-unyu atau sengaja cari sensasi. Namun sudah menjadi opini umum, Syariati adalah Syiah. Benarkah? Silahkan diteliti pemikirannya lebih dalam.

Celakanya di Indonesia, gerakan hashtag yang serba instan membuat masyarakat awam tidak dilatih untuk melakukan identifikasi. Pokoknya benci ya benci titik. Padahal kalau mau jujur, sistem ekonomi syariah yang sedang dikembangkan dalam kajian akademis di Indonesia itu rujukannya dari mana, Iran juga. Dan kalau mau fair, Iran memang memberi contoh bagaimana mereka membangun kemandirian sistem dari nilai-nilai Islam juga. Dan buku-buku Syiah, juga tetap mengutip pendapat-pendapat ulama ahlus sunnah yang sesuai dengan selera mereka.

Akhirnya permusuhan yang seharusnya berada di ranah intelektual ini digiring ke adu fisik atas nama dendam sejarah. Entah atas dasar apa, jumlah ahlussunah yang mayoritas didunia kini dibakar untuk benci dan mengasah pedang tapi sebenarnya kebingungan. Dan yang timbul adalah masyarakat Islam yang phobia terhadap Syiah dan inferior sehingga apa-apa dicurigai tapi tanpa dasar. Sungguh potret umat yang kehilangan kepercayaan diri sehingga begitu rapuh dan takutnya, padahal tak tahu apa yang sebenarnya.

Dan yang paling lucu, kurma Iran pun dijustifikasi beragama Syiah sehingga jangan dikonsumsi. Saya bingung, tapi karena sejak Ramadhan hari pertama saya belum berkesempatan mencicipi kurma sebiji pun, ya jangankan kurma Iran, kurma aja belum lah.

Bahwa Syiah itu menyimpang jelas, bahkan ada sekte Syiah yang jelas-jelas kafir karena akidahnya yang sangat bertolak belakang dengan akidah ahlus sunnah wal jamaah, seperti golongan Rafidhah dan Hasyasyin. Tapi buru-buru memukul rata Syiah bukan Islam, membawa konsekuensi serius pada sendi-sendi kehidupan umat Islam itu sendiri. Mengapa? Karena perawi hadits yang ada di kitab 6 (kutubus sittah) itu ada yang terindikasi Syiah. Lha kalau semua Syiah dijustifikasi kafir, lantas bagaimana nasib hadits shahih yang jalurnya ada perawi syiah, bagaimana juga konsekuensi hukum hasil istinbathnya.

Terkhusus untuk rekan-rekan mahasiswa yang lagi semangat berdakwah, kita punya tanggung jawab intelektual. Amanah ini berat, karenanya mari bersungguh-sungguh belajar agar menghasilkan gagasan yang solutif bagi umat, bukan menjerumuskannya ke jurang perang dan kebencian tanpa ilmu. Mari memerangi Syiah dengan metode yang benar.

‪#‎NgajiMauSore‬

Surakarta, 23 Juni 2015

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.