Menulis status yang terkadang “idealis” itu perlu untuk mengingatkan agar hati kita tetap tegar menolak yang memang harus ditolak, menyetujui apa yang harus disetujui. Bukankah level jihad melawan kemungkaran itu bertingkat-tingkat, dari yang terendah adalah hati dan yang tertinggi adalah “tangan”.
Sebagai kawula alit macam saya, yang bukan siapa-siapa, dan mungkin juga tidak dianggap sebagai apa-apa, bisanya ya nulis refleksi. Tentu saja pertama untuk diri sendiri, selanjutnya bagi yang tertarik membaca dan bersetuju.
Jadi status idealis adalah bentuk jihad hati, bukan jihad lisan. Lha wong pada kenyataan kehidupan sehari-hari realitanya benar-benar jauh kok dari hal-hal ideal yang ditelurkan dalam status. Maka hal ideal ini sengaja dikemukakan adalah untuk menjaga hati agar tetap tulus dan pikiran tetap waras, meskipun dalam praktiknya beribu-ribu kegalauan melanda.
Kalau mau jihad lisan ya tempuh maqam sebagai ahul ilmi, kalau mau jihad “tangan” rebutlah posisi penting di berbagai lini pemerintahan. Silahkan berkompetisi dengan kebaikan. Kalau merasa maqamnya ahlul ilmi berjihadlah dengan lisan, kalau merasa maqamnya pejuang dan petarung sejati, segera rebut kekuasaan yang sekarang ada. Kalau memang bukan keduanya, ya minimal bisa berjihad dengan hati. Karena hari ini
Lets go di maqamnya masing-masing yah! Cheeerrrrssss!
Surakarta, 26 Agustus 2015