Terputusnya generasi muda saat ini dari pemikiran founding fathers sendiri dan terlalu mengagumi ideologi yang bersifat transnasional membuat kita kaya wacana tapi tanpa solusi.

Karena membaratkan maupun mengarabkan Nusantara adalah tindakan yang sama-sama konyol setelah para ulama di negeri ini berabad-abad silam melakukan ijtihad sedemikian rupa agar bangsa ini bertransformasi secara halus dan mendalam dari tatanan lama menuju tatanan baru secara teologi, kebudayaan, dan politik.

Dengan hadirnya kolonialisme, proses transformasi itu terhambat dan membelok. Barat modern yang telah lebih dulu kehilangan spiritualitas agamanya, mengintimidasi negeri-negeri muslim dan negeri-negeri lain yang mereka istilahi “negeri terbelakang”. Kini kita berada di tengah-tengah distorsi informasi, kebencian, dan berbagai bentuk kejahatan akibat kezaliman yang telah terjadi berpuluh-puluh tahun lamanya.

Mungkin suatu saat endapan rasa sakit di tubuh umat Islam ini akan pecah seiring dengan memuncaknya kezaliman yg terus terjadi di negeri-negeri muslim yang sebagian besar juga dilakukan oleh penguasa muslim sendiri dengan intervensi pihak-pihak yg tak suka dengan Islam. Sebagaimana sejarah berulang, era Shalahuddin al Ayyubi akan kembali lagi. InsyaaAllah

Surakarta, 2 Juni 2015

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.