Senja yang cerah
Jingga memerah tak serupa darah
Di batas horizon, sepasang mata terus memandangiku
Aku pun membalas meskipun tak tentu bahwa gelombang elektromagnetik ini terhubung
Resonansinya pun tak terdengar
Tak tersingkap nuansa yang seringkali menggetar
Ah, setiap alunan vibrasi yang indah itu hanya khayalan saja
Karena sepasang mata itu pun tak tentu adanya, meskipun ia kentara di batas horizon sana
Senja pun terus merangkak meninggalkan horizon
Rona yang cerah pun memudar
Mungkin karena kekuatan gelombang itu kian melemah
Sepasang mata itu kian menghilang, kabur dan semakin tidak jelas
Entah sebenarnya mata yang mulai rabun senja, atau memang ia sebenarnya hanya fatamorgana
Di batas horizon itu, aku belajar untuk mengerti atas apa yang kupandangi
Agar ketika gelap datang, maka hati ini tetap terang untuk melihat
Apa yang tersibak dari sepasang mata itu
Agar hati ini tetap tenang ketika cahaya alam memudar
Karena ada Dia yang senantiasa dekat