Lama sekali rasanya sudah tak hujan. Rasanya kemarau belum hendak pergi dari tanah raja ini. Hemm, memang aku tidak merasa begitu risau dengan kemarau yang lebih panajng ini. Tetapi bagaimana pun, aku rindu dengan salah satu karunia-Nya yang agung. Yang sering memanjakan kita dalam lelapnya tidur, atau menyejukkan kita dalam nikmatnya istirahat. Itulah dia sang hujan.

Akhir pekan ini aku sempatkan untuk mengasingkan diri di sebuah kaki bukit nan hijau. Tempat yang memang sering menjadi point of vacation orang-orang yang sudah stress karena jenuh bekerja atau memang bagi orang-orang yang ingin mencari inspirasi. Dan mungkin aku termasuk orang yang mencoba mencari inspirasi di sini. Sebuah tempat yang sering terpengaruh oleh iklim gunung. Sehingga hujan orografis menjadikannya daerah yang tidak disebut kemarau ketika kemarau menimpa pertiwi ini.

Alhamdulillah, pagi ini aku melihat mendung. Iya, ada mendung yang menutupi langit pagi ini. Si biru yang sering kulihat di balkon kos lama itu tak nampak di sini. Semburat putih yang berujung pada warna abu-abu mendominasi pemandangan langit. Bilakah hujan? Di sela-sela diskusi yang menjenuhkan, aku melihat butiran-butiran halus itu pun tercurah. Yah, alhamdulillah, akhirnya datang juga. Aku melihat titik-titik yang katanya bisa membuat pelangi itu pun tercurah ke bumi. Alhamdulillah, akhirnya hujan datang. Terima kasih Allah.

Bagi seorang muslim yang memahami, hujan memiliki arti tersendiri bagi kehidupan. Maka tak ada seorang mukmin pun yang akan mencela ketika hujan datang. Bahkan ketika hujan itu beriring dengan halilintar nan menggelegar yang berhias kilat membelah langit. Semua adalah bahasa-Nya yang indah untuk menunjukkan betapa kuasa-Nya ia mengatur jagad raya ini. Dan itulah kemudian kita akan berkata, “yaa Rabb kami, tidaklah Kau ciptakan ini dengan sia-sia, Mahasuci Engkau maka selamatkanlah kami dari siksa api neraka.

Itulah kawan, betapa arti hujan itu sangat luar biasa. Menghidupkan bumi dari kematiannya, menumbuhkan bibit-bibit yang terserak untuk menghidupi semua yang bergerak di atasnya. Luar biasa indah sang hujan. Hujan, kunantikan engkau hadir kembali di musim-musim penghujan yang biasanya telah jatuh di waktu dekat ini. Kata kakekku, hujan itu menjadi berkah untuk bumi dan menjadi pertanda dimulainya kehidupan para petani. Sederhana sekali, petani akan kembali ke sawahnya dan menikmati kebersamaannya dengan alam. Hujan, akhirnya datang juga.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.