Pendidikan : Gotong Royong Sekolah & Orang Tua Siswa

Salah satu tradisi kegiatan persekolahan di Sekolah Alam Bengawan Solo (SABS) adalah SABS Night Camp. Tapi Camp disini sama sekali tidak merujuk bahwa siswa-siswanya membawa tali dan tongkat pramuka lalu mendirikan tenda. Tidak demikian, mereka melakukan aktivitas bermalam di sekolah dan mengikuti rangkaian kegiatan yang disiapkan oleh para guru.

Hal yang selalu membuatku suka adalah di sesi SABS Night Camp ini para orang tua/wali diundang dan diajak berdiskusi bersama. Jadi pendidikan itu tidak bicara guru memberi materi siswa, siswa ujian dan dapat nilai bagus, lalu orang tua senang. Di sini orang tua disadarkan bahwa pendidikan itu tujuannya untuk menyadarkan anak sejak dini pentingnya menjadi diri mereka sendiri yang memiliki potensi unik dan mengembangkannya untuk kehidupan yang akan datang.

Maka tidak heran jika anak-anak yang mau sekolah di sini biasanya karena orang tua mereka juga nyentrik. Sebut saja salah satu orang tua dari mereka yang pengusaha kaya. Mereka memilih menyekolahkan anak-anak mereka di SABS agar mereka memiliki ruang berpikir dan dapat mengembangkan kreativitas mereka dengan baik. Menurut mereka jika putra-putra mereka disekolahkan di sekolah negeri dengan gaya pembelajaran seperti itu mereka khawatir putra-putra mereka akan stress menghadapi tekanan sehingga mereka gagal mengenali diri mereka sendiri.

Bersekolah di ruang belajar yang antimainstream ini memang bukan hal yang mudah. Jangan tanya berapa banyak tekanan dan cibiran yang datang dari para komentator yang menekuni profesi ini sejak zaman baheula. Kebetulan komentator adalah profesi paling laris di negeri ini sejak kran reformasi dibuka, karena selama 32 tahun profesi ini dibatasi dan mati sendiri.

Maka sepertinya hari ini, mereka yang mewarisi profesi ini mereka kembali menata diri untuk menjadi komentator atas berbagai aktivitas kerja orang-orang yang telah mendarmabaktikan dalam sepi untuk ruang-ruang pengabdian ini. Dan SABS ini hanyalah ruang antimainstream kecil dari ribuan ruang sepi lain yang sedang dirintis oleh para pejuang. Maka beruntunglah Anda yang memiliki kemampuan bicara tetapi tidak berprofesi ini, karena pesaing Anda cukup banyak di era kebebasan berpendapat ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.