Keteladanan Kunci Sukses Seorang Guru

Kunci kesuksesan Rasulullah menjadi guru terbaik peradaban adalah dengan keteladanan. Tidak ada kecacatan sedikit pun dari kisah hidup beliau, bahkan sekalipun hari ini dicela oleh film “Innocence of Muslim”. Beliau tetap memesona dan membuat penasaran siapa pun yang ingin menjadi mulia dalam hidupnya.

Maka bagi guru, keteladanan hari ini adalah sesuatu yang mutlak sebelum yang lain. Tidak akan ada gunanya nasihat yang berbusa-busa tanpa sebuah keteladanan nyata yang hadir setiap saat sebagai karakter yang telah melekat dan menjadi citra sang guru. Dan kisah di awal tadi membuat kita harus menjerit betapa mengerikannya nasib sekolah tersebut yang harus diajar oleh sekelompok guru yang sangat kejam. Tidak hanya memupus rasa cinta siswa kepada guru, tetapi juga telah membuat coretan buruk dalam pendidikan Indonesia. Bukan bermaksud untuk memanaskan situasi, sudahkah kita menyidak dan mengobservasi sekolah-sekolah dasar di sekitar kita? Lebih-lebih di sekolah pedesaan.

Sekolah dasar adalah tempat meletakkan landasan karakter siswa. Pendidikan tentang membaca, menulis, moralitas, serta cara berpikir dan belajar yang benar dilakukan di tingkatan ini. Jadi gurunya pun idealnya harus lebih berkualitas dari guru SMP dan SMA yang porsi mentransfer materinya lebih banyak ketimbang membentuk karakter siswanya. Menyimak kisah Bu Mus dan Pak Harfan dalam Laskar Pelanginya Andrea Hirata, kira-kira seperti itulah seharusnya tipe umum guru sekolah dasar yang diperlukan Indonesia hari ini. Bagaimana kenyataan di lapangan? Data statistik mungkin tidak terlalu penting untuk disajikan dalam tulisan ini mengenai kualitas guru-guru sekolah dasar hari ini, tetapi sedikit bukti di atas itu seharusnya dapat meningkatkan rasa terdesak kita untuk berbuat.

Jika ditanya langkah nyata apa yang dapat dilakukan? Mari kita berkunjung ke sekolah-sekolah dasar terdekat di sekitar kita. Observasilah apa yang dilakukan para guru terhadap para siswanya, tanyakan juga kualitas pendidikan guru-gurunya. Fakta yang sering tersembunyi, banyak guru-guru karbitan yang diorbitkan oleh pihak sekolah karena kekurangan guru atau karena faktor yang lain. Mereka hanya lulusan SMA / SMK dan dipaksakan mengikuti kuliah kelas jarak jauh yang kualitas pembelajarannya tidak sebagus dengan kuliah yang ada di kampus utama. Memang ada banyak juga guru luar biasa yang awalnya tidak punya basis dari pendidikan, tetapi jika mekanisme pengangkatan guru seperti ini dibiarkan berlarut-larut ujung-ujungnya adalah siswa yang menjadi korban. Sang guru yang tidak tahu ini pun juga akan “innocence” saja, karena memang pemahaman mereka ya hanya sejauh pengalaman mereka. Syukur jika mereka mau belajar mandiri, tapi sepertinya hal ini belum menjadi budaya guru-guru kita. Sedikit saja yang telah melakukannya.

Kemudian, mari kita selamatkan satu demi satu sekolah yang masih bisa kita bantu hari ini. Khususnya generasi muda, terlebih kaum intelektual muda, tentu tidak perlu diragukan lagi kemampuan kita bernegosiasi dengan orang lain. Jika kita mendapati sekolah yang membutuhkan uluran peran nyata dari kita, mari kita luangkan sedikit waktu kita untuk berbagi dengan mereka. Menggalang gerakan bersama cinta pendidikan dan anak-anak menjadi solusi konkrit mahasiswa dalam menanggulangi “kegagalan” pendidikan hari ini. Sekolah dasar, khususnya di pedesaan membutuhkan sosok guru-guru inspiratif yang mampu menyalakan lilin perubahan di tengah gelapnya bayang-bayang ketidakmapanan hidup dan ancaman putus sekolah. Siapa lagi yang sanggup memulai kalau tidak dimulai dari diri kita masing-masing?

Kata Anies Baswedan dalam sambutannya saat pembukaan Solo Mengajar, Indonesia Mengajar terinspirasi dari sebuah program kemahasiswaan di masa lalu. Ketika kebutuhan guru-guru Indonesia masih kurang, maka mahasiswa diperbantukan untuk mengajari anak-anak di seluruh pelosok Indonesia. Sehingga ada salah satu tokoh nasional yang merasakan anugerah itu berkata, “Seandainya dulu tidak ada mas ini yang mengajar saya waktu kecil, mungkin hari ini saya tidak akan duduk di sini untuk berkiprah dan berjuang untuk bangsa”.

Guru-guru SD harus bertransformasi seperti mereka itu. Mereka menjadi sosok inspiratif karena perjuangannya. Mereka menjadi sosok yang layak diambil pelajarannya karena keteladanan yang dimiliki. Terlalu susah dan mungkin membosankan untuk menggambarkan seperti apa guru yang dapat dicontoh, tetapi setidaknya kita masih dapat mengingat para guru yang pernah hidup di Indonesia yang mereka telah berjuang keras mendidik bangsa ini. Jika Ki Hajar Dewantara masih tidak cukup, maka kita dapat mengambil nama-nama para pahlawan yang pernah berjasa bagi bangsa ini. Seperti dalam quote Indonesia Mengajar yang berbunyi

“Awali langkahmu dengan mengajar. Soekarno mengajar. Bung Hatta mengajar. Bung Syahrir mengajar. Ki Hajar Dewantara mengajar. Panglima Besar Jenderal Sudirman mengajar. Kartini Mengajar. Sanusi Pane mengajar. Jenderal AH. Nasution mengajar. Praktis semua pejuang dan pemimpin republik pernah mengajar. Mereka memberi inspirasi. Mereka menjadi inspirasi. Mengajar adalah memberi inspirasi. Dan menginspirasi adalah tugas utama seorang pemimpin.”

Mari pelajari sejarah hidup mereka. Keteladanan mereka akan menjadi inspirasi bagi kita dalam menyelamatkan generasi bangsa hari ini.

…..bersambung

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses