Berbicara masalah percaloan ketika arus mudik bukanlah hal yang baru. Sejak varian alat transportasi masih sedikit hingga bermacam-macam seperti sekarang yang namanya calo tetap saja ada. Mengapa ada? Jawabannya sangat rumit kalo dijelaskan. Tapi intinya tidak terlalu jauh berkutat pada masalah kemiskinan secara ekonomi, mental, dan moral. Tidak punya uang, itu menggerakkan orang mencari uang. Mental rendahan membuat orang mau bekerja apa saja asal dapat uang. Moral yang rusak membuat orang mau berbuat apa saja tanpa peduli salah atau benar.
Jika ditanyakan bagaimana memberantas percaloan yang sudah menjadi tradisi tahunan ini? Jawabannya juga lebih sulit dari pada bertanya tentang penyebabnya. Jika dikembalikan ke masalah ekonomi, ternyata menjadi calo itu memperloleh pendapatan lebih dari cukup untuk sekali musim percaloan. Jika dikembalikan ke masalah mental, mungkin sudah mulai sulit dijelaskan. Apalagi jika dikembalikan ke masalah moral, inilah sumber masalah utama. Jawabannya adalah bagaimana memperbaiki moral calo yang sudah terlanjur tidak jelas ini.
Kiranya tidak perlu bertele-tele. Mau setegas apa pun jika sudah berurusan dengan moral, tidak calonya atau pun petugas resminya juga akan sama saja. Jadi sebaiknya pemerintah membuat sayembara sepuluh juta rupiah untuk calo yang mau BERTAUBAT. Mengapa bagi yang mau BERTAUBAT? Karena jika ada calo yang mau BERTAUBAT (beBERkan kisah percaloannya dan jaringannya secara detil, kasih TAU identitas para calo di kawasannya secara lengkap dan jujur, BAnTu petugas keamanan menyisir calo-calo secara intensif) maka masalah percaloan akan membaik. Biarlah mereka tetap menjadi calo, asal BERTAUBAT, insya Allah kasus percaloan di negeri ini bisa dihentikan dalam waktu dekat. Dengan syarat pemerintah juga memberikan sepuluh juta itu tunai dan bersih dari potongan macam-macam. Hidup calo Indonesia!
dikirimkan di Opini Publik Media Indonesia (tampil di www.mediaindonesia.com)