Sejak perjalanan pulang dari Berau dua bulan lalu, aku masih menjalin komunikasi dengan teman di sana. Mas Baihaqi, rekan seperjuangan yang ditempatkan oleh Dompet Dhuafa untuk melakukan pendampingan selama setahun di sana. Kami telah berjanji untuk saling membantu dalam kegiatan komunikasi antara adik-adik di Samburakat dengan Solo.
Agenda pertama kami adalah memfasilitasi adik-adik untuk mengirim surat. Katanya beliau sudah mengirim surat dari sana. Lama kutunggu telah lebih dari sebulan sejak konfirmasi beliau bahwa surat-surat sudah dikirim. Tanpa terasa ternyata surat itu baru sampai tepat tanggal 2 Januari 2014. Oh mungkin ini kejuatan awal tahun.
Kubaca tulisan-tulisan sederhana itu satu per satu, sembari membayangkan wajah-wajah polos mereka. Selalu terlontar pertanyaan, KAK KAPAN KEMBALI LAGI KE SAMBURAKAT? KAK BALIK LAGI YA…. dan ungkapan sejenisnya yang membuatku begitu rindu. Tak terasa air mataku meleleh membaca satu per satu surat mereka yang jumlahnya belasan itu. Oh, barangkali ini adalah sensasi luar biasa yang akan selalu dirasakan para pengajar muda Indonesia Mengajar, rekan-rekan pendampingan sekolah Dompet Dhuafa dan program-program sejenis ini.
Aku mungkin tak sehebat mereka, tetapi setidaknya aku bisa merasakan bagaimana hal ini adalah spirit baru untuk aku lebih serius dalam membuat perubahan di tempat asal. Surat-surat ini menjadi pengobat rasa bosan di tengah kemapanan orang-orang sekitarku yang sulit didobrak akibat kepicikan pola pikir mereka.
Aku rindu kalian adik-adik. Terima kasih atas kata-kata sederhana yang kalian tuliskan. Yah, aku masih ingat dengan semua itu adik-adik. Saat menyusuri sungai Berau. Saat melakukan outing class. Saat menyanyikan lagi Tanah Air Ku Tidak Kulupakan dan Lagu Kebangsaan kita. Saat sore yang sedih itu. Aku masih ingat. Aku menangis dalam kerinduanku pada kalian semua. Semoga kelak aku bisa ke sana lagi, mungkin bersama bidadariku untuk menyapa kalian lagi.