Tadi sore setelah bersilaturahim ke rumah Pak Pranoto, pembina UKM SIM, kami sempatkan diskusi di warung makan dekat masjid Syukur. Warung makan murahnya mahasiswa UNS. Maklum di sini cari ayam goreng yang harganya terjangkau  ya disini tempatnya. Di samping nyaman untuk diskusi tempat ini juga sangat spesial bagi kami.

Setelah selesai urusan perut, kami segera menunaikan shalat isya di masjid Syukur. Ada pemandangan yang mengusikku. Sebenarnya ini pun sudah pernah kulihat sebelumnya. Namun kali ini terasa begitu berkesan. Aku melihat seorang yang sudah sepuh tetap mengerjakan shalat berjamaah meskipun tidak dapat melakukan rukuk da sujud dengan sempurna. Bahkan beliau membawa kursi kecil dan duduk di atasnya ketika gerakan rukuk dan sujud. Aku terharu

Kisah di atas menjadi sebuah tantangan sekaligus sindiran bagi kita-kita yang hari ini masih bugar, khususnya para pemuda yang ngakunya beragama Islam. Terkhusus buat para laki-laki yang katanya gagah berani. Semoga semangat sang Bapak yang sudah sepuh tadi dapat menjadi penampar pipi kita dan membuat malu kita kepada Allah makin bertambah. Malu karena masih ogah-ogahan shalat berjamaah di masjid. Apalagi jika diminta memakmurkan masjid dengan kegiatan yang lain. Apalagi jika diminta menjadi pengurus masjid dan mengelola kegiatan masjid. Ha ha ha, makin malas saja pemuda muslim hari ini.

Dan satu quote tentang Bapak yang sepuh tadi, ketika shalat jamaah telah menjadi suatu kebutuhan, maka pasti siapa pun akan rela datang meskipun harus tergopoh-gopoh atau bahkan berdarah-darah. Mengapa? Jika kita merujuk pada perkataan Rasulullah, maka banyak kita dapati nasihat berkaitan tentang shalat berjamaah. Bahkan sebenarnya shalat berjamaah adalah fardhu ain bagi setiap laki-laki yang masih bisa mendengar adzan. Seorang buta yang meminta keringanan shalat berjamaah pun tidak dikabulkan oleh Rasulullah.

Jadi, jika hari ini kita masih menjadi pemalas dalam shalat berjamaah, apa lagi malas dalam mengerjakan shalat. Oh, terlalu sombongnya kita dengan nikmat Allah berupa kesehatan dan kesempurnaan fisik ini. Ingatlah jika suatu saat kita menjadi seperti Bapak yang sepuh tadi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.