Konspirasi Kedua
Yusuf yang dibuang di sumur harus bersabar dengan ujian selanjutnya. Setelah ditemu oleh kafilah beliau dijual sebagai budak kepada penguasa Mesir. Ternyata sang istri sangat cantik. Hingga suatu hari sang istri pembesar yang super cantik tadi ingin menaklukkan Yusuf yang juga sangat tampan itu. Kalau bukan karena pertolongan Allah (karena berdasarkan ayat 24 Yusuf pun sebenarnya juga memiliki kehendak sebagai lelaki yang normal untuk mengikuti rayuan Zulaikha), maka Yusuf akan terjebak dengan rayuan maut sang istri cantik tadi. Dan mengapa pertolongan Allah ini terjadi? Karena memang bangunan keimanan yang ada pada diri Yusuf mampu membuatnya tegar dan sabar untuk menghadapi tipu daya syaitan ini. Sehingga beliau menghindar dari rayuan yang mengerikan itu.
Dalam hal ini Yusuf merasa beruntung karena Zulaikha akhirnya mengakui ketika sang Pembesar menginterogasi mereka berdua. Karena ada salah seorang yang bijak memberikan solusi penyelesaian dari baju Yusuf yang robek. Jika robek bagian depan, maka Yusuf yang salah (artinya dia yang memulai), sedangkan jika yang bagian belakang maka berarti Zulaikahlah yang salah (dia yang mengejar-ngejar Yusuf). Bisa dikatakan konspirasi kedua ini gagal di permulaan karena Zulaikha takluk dengan argumentasi yang rasional tadi.
Apakah berhenti sampai disitu? Tidak. Zulaikha tak kehilangan akal ketika dirinya digosipkan oleh wanita-wanita pembesar di Mesir. Dia kumpulkan seluruh wanita itu, dan dihidangkannya pisau dan makanan. Kemudian Yusuf yang tampan itu disuruh lewat di antara mereka. Semua terkesima dengan berkata bahwa yang lewat ini bukan manusia melainkan malaikat yang mulia dan hingga tak sadar pisau yang seharusnya untuk memotong makanan digunakan untuk memotong tangan mereka sendiri. Di sinilah pembenaran itu diluncurkan dari mulut Zulaikha. Dalam bahasa kita, “kalian aja yang baru sesaat sudah terkesima hingga memotong tangan sendiri, bagaimana denganku yang setiap hari tinggal bersamanya”. Nah siapa yang akan sanggup menyalahkan Zulaikha lagi. Inilah konspirasi kedua yang akhirnya menjadikan tekanan berat bagi Yusuf. Apakah dia memilih selalu melayani Zulaikha atau dipenjara.
Dan di sinilah kita lihat kesabaran sekaligus ketegaran nabi Yusuf atas kedua pilihan itu. Di ayat 33 beliau mengadu pada Allah bahwa penjara lebih ia sukai dari pada terjerumus pada perbuatan yang nista itu. Dan Allah mengabulkan keinginan Yusuf, dia dipenjarakan. Konspirasi kedua ini pun berarti berhasil, karena Yusuf tidak pernah melakukan kesalahan, tetapi publik berhasil membuat dia dijebloskan ke penjara karena sebuah opini yang dibangun. Dipenjara tanpa bukti kesalahan adalah yang telah terjadi sejak zaman kuno. Mengapa? Karena sebuah konspirasi itu.
Hari ini, kita tentu juga bingung kan dengan realita yang ada. Tidak hanya terkait kasus korupsi terbaru yang mencatut pimpinan tertinggi sebuah partai Islam yang sejak awal tercitrakan sebagai partai yang bersih, di kasus-kasus sebelum-sebelumnya juga sudah sering terjadi bagaimana orang-orang yang baik terganjal sebuah kasus hingga menjadikan dia buruk di mata publik padahal pada akhirnya tak terbukti, ataupun kalau hasil rekayasa itu menunjukkan bukti orang yang waras akalnya pun menilai ada hal-hal yang tidak wajar. Inilah sisi buruk media yang terkadang lebih banyak memberikan berita yang tidak sesuai dengan faktanya. Jadi bagaimana seharusnya kita, yah memilih sikap nabi Yusuf tentu lebih indah dibanding menjadi penikmat buta berita media. Sabar dan terus memohon petunjuk pada Allah ketenangan. Kita mungkin tidak pernah tahu mana yang benar, tetapi jika Allah memberi ketenangan dalam hati kita, bukankah itu akan sanggup membuat kita melakukan hal yang lebih bermanfaat dari pada terus-terusan gelisah dan curiga.
Bagi yang mendukung Pak Luthfi, jika tidak menyikapi dengan bijak dan menata hatinya dengan benar, bisa-bisa menjadi reaktif dan mudah sekali emosi dengan berbagai opini media yang buruk. Betapa tidak citra PKS yang dulu sangat bersih ini terus diobok-obok oleh media dan dikomentari semaunya oleh para penikmat butanya (karena memang dalam pandangan media, bad news is good news). Bagi yang ragu-ragu atau memang membenci Pak Luthfi dan partainya, ini menjadi ajang perayaan untuk mereka bisa berkomentar sepuas-sepuasnya, dan komentarnya pasti yang jelek-jelek. Mana yang benar? Wong kasusnya aja juga baru diurus, mengapa semua sudah memutus perkara, memang siapa yang jadi hakim. Mari kita kembali meneladani sikap Yusuf yang indah itu, sabar dan mengharap ketenangan dari Allah. Bukankah Pancasila pun juga mengajarkan kita untuk menjalankan asas praduga tak bersalah (nebis en idem). Jadi pesanku kepada diriku dan saudara-saudaraku se tanah air, khususnya umat Islam, mari tetap tenang dan lebih baik melakukan hal-hal yang lebih bermanfaat daripada larut dalam berbagai persepsi yang menyesatkan akibat opini media yang simpang siur seperti itu. Banyak berdoa pada Allah agar Dia memberikan pertolongannya pada golongan yang benar dan menghancurkan golongan yang salah.
bersambung ….