“Kring….kring…kring …“, bunyi panggilan di ponselku tiba-tiba. Kulihat namanya yang sudah tidak asing bagiku, gurunda Indrawan Yepe.

“Assalamu’alaykum, ada apa Pak?“, sahutku dengan penasaran

„Alaykum salam, hei Dik, kamu mau ikut aku nggak?“, tiba-tiba suara dari seberang langsung to the point pada masalahnya.

“Ke mana Pak?”, tanyaku penasaran

“Ke Malaysia dan Singapura, ketemu temanku di sana,” sahut suara dari seberang itu

Hemm, aku berpikir sejenak. Ke luar negeri lagi ya. Wah pasti mahal ini tiketnya ke sana.

“Wah, mahal ga Pak tiket pesawatnya? Kalau mahal saya ga berani, tabungannya udah habis buat bayar uang semesteran ini,” sahutku dengan alasan

“Tenanglah, yang penting tiket pesawat terbeli, selebihnya kamu akan kuajari cara bepergian yang belum pernah kamu lakukan. Sekarang hubungi Purwanti untuk reservasi tiket, masih 600 ribuan AirAsia untuk pergi-pulang di awal Desember nanti. Udah dulu ya, aku harap kamu bisa ikut menemaniku,“ sahut suara di seberang meyakinkanku.

“600 ribu, boleh juga, wah kapan lagi kesempatan keluar negeri, udah kangen main lagi di akhir tahun,“ gumamku dalam hati sambil mengingat indahnya perjalananku ke Eropa pada akhir tahun sebelumnya.

Ini adalah ingatan perjalananku yang sangat spesial bersama salah satu mentorku yang sangat kusegani. Percakapan itu terjadi pada pertengahan bulan September 2013 kemarin sebelum aku menjelajahi kawasan Kalimantan Timur dalam sebuah misi sosial bersama Makmal Pendidikan Dompet Dhuafa.

Dalam kondisi keuangan yang pas-pasan, aku pertimbangkan lagi keinginan untuk jalan-jalan lagi kali ini. Traveling mendadak menjadi kesukaanku sejak memasuki dunia kampus. Secara tidak terduga banyak keajaiban yang Allah berikan untukku dalam perjalanan ini. Seumur-umur belum pernah melihat Jakarta, akhirnya ada kesempatan juga untuk melihat ibu kota itu. Yang lebih mengejutkan adalah kesempatan emas untuk mengunjungi Eropa pada akhir Desember 2012.

Sejak saat itu traveling seolah menjadi salah satu agenda wajib bagiku yang tidak hanya sekedar untuk rekreasi tetapi menjadi sebuah wahana belajar. Namun sebagai anak kampung yang lebih banyak mengandalkan rezeki tak terduga dari Yang Maha Kuasa terkadang ada rasa ketakutan dan kekhawatiran atas pilihan-pilihan nekat ini.

Bismillah, kubulatkan tekad untuk segera menghubungi Purwanti, agen tiket langganan gurunda Indrawan seperti yang disarankan. Alhamdulillah dapat tiket AirAsia yang cukup terjangkau untuk penerbangan Yogyakarta-Kuala Lumpur, hanya 600ribu untuk pergi-pulang. Inilah kegembiraan yang tidak terkira bagi anak kampung seperti aku.

Keberuntungan demi keberuntungan sedang Dia takdirkan untukku. Pada bulan Oktober ternyata aku mendapat panggilan untuk mengikuti kegiatan magang sosial di Kalimantan Timur dalam bidang pendidikan. Selain mendapat inspirasi tentang Indonesia, tentu saja ada tambahan uang saku yang lumayan untuk bekal perjalanan sepekan di Malaysia-Singapura nanti yang tentu tidak cukup hanya dengan satu lembar cepek.

Sampai akhirnya waktu yang dijanjikan itu tiba. Awal Desember, seolah kembali mengulang keberuntunganku di akhir tahun lalu tentang perjalanan ke Eropa yang sangat tak terduga itu, aku berangkat dari kotaku saat ini Surakarta mengendari Prameks hingga setasiun Maguwo.

Di situlah kali pertamaku berkenalan dengan AirAsia dan baru sekalinya menaiki pesawat yang membuatku punya cerita luar biasa. Inilah maskapai yang tidak hanya menjanjikan harga merakyat (bagiku) tetapi juga pelayanan yang tidak kalah dengan maskapai ekonomi lainnya.

Traveling Malaysia

Singkat cerita, perjalanan selama kurang lebih 5 hari di Malaysia-Singapura-Malaysia itu benar-benar padat inspirasi bagiku. Sampai-sampai aku mampu membuat catatan perjalanan yang cukup banyak di sini. Kisah tentang belajar fotografi bersama beliau sepanjang perjalanan, kisah bertemu dengan master tea San Chahua di Malaysia dan master tea Lee Che Keong di Singapura serta jamuan ramah mereka. Kisah tentang perjuangan mengejar waktu untuk mendapatkan momen terindah di Merlion. Keterperangahanku pada kota Putrajaya sembari merenungi nasib bangsa yang masih bergejolak sampai hari ini. Dan tentu saja adalah bagaimana aku belajar dengan penghematan tingkat tinggi sepanjang traveling gila tersebut. Semua menjadi kisah yang begitu lengkap dan padat dalam hari-hari itu.

Demikianlah sekelumit ceritaku bagaimana AirAsia telah mengantarku pergi-pulang ke negeri Jiran, tempat yang penuh inspirasi bersama orang yang sangat kusegani hingga saat ini. Aku berharap mendapatkan kesempatan kedua dan kesempatan yang lainnya untuk menikmati layanan maskapai ini. Yang lebih indah lagi adalah aku ingin memberikan hadiah ini untuk gurunda Indrawan Yepe agar aku bisa belajar lagi tentang perjalanan bersama beliau sekiranya kesempatan itu benar-benar terjadi untukku.

Dengan AirAsia, Negeri Jiran itu sedekat pandangan mataku kini. Terima kasih AirAsia.

Artikel ini diikutkan dalam kompetisi blog 10 tahun AirAsia Indonesia

4 Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.