Rencana Kilat, Pergi ke Singapura

Awalnya kami masih ingin Singapura pada hari Jumat pagi menginap semalam di sana. Tetapi tidak adanya kepastian bertemu orang Indonesia di sana membuat kami mengubah rencana hanya seharian di sana. Pokoknya tidak jajan dan tidak menginap. Itu untuk mengamankan kantong kami agar tetap bisa membeli oleh-oleh dan menyambung perjalanan.

Dengan segara kami melanjutkan perjalanan dari Purple Cane Restaurant ke Berjaya Times Square, Mall terbesar di kawasan tersebut. Kami segera memesan tiket bus untuk perjalanan pulang pergi Kuala Lumpur – Singapura. Tiket berangkat kami peroleh dengan harga 46 MYR, sedangkan tiket pulangnya kami peroleh 88 MYR. Namun untuk pelajaranya, ternyata jika tiket pulangnya kita beli dari Singapura kadang kita bisa mendapatkanya dengan lebih murah, yakni sekitar 30 SGD. Tapi tak mengapa, karena dengan harga itu kami mendapatkan bus yang lebih dari sekadar kelas eksekutif. Di Indonesia, aku belum pernah menjumpai bus yang semewah itu. Benar-benar memanjakan para wisatawannya.

Perjalanan yang nyaman itu pun terganggu dengan teriakan sang sopir agar kami segera bergegas memasuki bagian Imigrasi Johor Baharu. Itu adalah gerbang keluar kami dari Malaysia. Beberapa menit kemudian bus berhenti lagi dan meminta kami membawa seluruh barang untuk diperiksa di pintu masuk Imigrasi Singapura. Alhamdulillah semua berjalan lancar dan kami memastikan diri sebagai pengunjung yang tidak bermasalah.

Waktu itu masih dinihari, kami melihat gemerlap negara yang barangkali menjadi Israelnya Asia Tenggara. Pusat kehidupan termodern di regional ASEAN dengan segala aktivitasnya. Kami melintasi jembatan laut yang menghubungkan kedua negara tersebut. Gemerlap lampu di kejauhan membuat kami semakin sadar bahwa kami telah memasuki sebuah negara kota yang baru, yang dalam prediksiku pasti sudah seperti kota-kota di Eropa Barat yang pernah kukunjungi. Inilah jejak pertamaku di Singapura. Selamat Datang Singapura.

Tak lama kemudian, bus berhenti di kawasan Beach Road. Tempat pemberhentian segala jenis bus yang menghubungkan antara Kuala Lumpur dengan Singapura. Kami diturunkan bersama penumpang lainnya seperti barang bawaan. Bedanya, mereka mungkin sudah memesan hotel untuk beristirahat, sedangkan kami berdua adalah gelandangan sukses yang clingkukan mencari masjid terdekat untuk mandi dan persiapan shalat subuh.

bersambung ….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.