Tadi malam, dalam keadaan antara sadar dan tidak aku mendengar dentuman dan gemuruh yang cukup besar. Kukira itu aktivitas anak-anak muda yang sedang menghadiri pesta wayang kulit dan berbagai perayaan. Maklum di Solo, perayaan Imlek cukup besar. Meskipun sudah memasuki tengah bulan, tetapi toh mungkin itu masih bisa dirayakan oleh mereka yang merayakan, pikirku. Dan aku tidur lagi dengan pulas.

Pagi harinya kami terkejut, karena ternyata halaman masjid yang kami tempati sudah mirip lapangan yang penuh salju seperti di Eropa. Tidak setebal halaman Gastehauss ketika aku di Jerman sih. Tetapi ini saljunya tidak dingin, tidak lembut dan indah seperti musim dingin Eropa. Ini ternyata adalah abu yang lembut, tapi sangat mengerikan dan membahayakan. Ada apa gerangan? Kata bapak-bapak jamaah shalat subuh, Gunung Kelud tadi malam meletus. Jadi kesimpulanku yang berdentum tadi malam adalah letusan gunung Kelud.

Gunung Kelud dikabarkan meletus. Karena letusannya tergolong eksplosif, maka tidak heran jika dampak letusannya sampai ke daerah Surakarta, Yogyakarta bahkan yang lebih barat lagi. Padahal jaraknya dari Gunung Kelud yang ada di pinggiran Kab Kediri, Blitar, Malang itu hampir 400 km. Meski demikian, setidaknya letusan yang Wow itu hanya akan terjadi sekali. Yang paling dekat panen lahar, jauhan dikit panen batu, agak jauh dikit panen kerikil, nah yang paliing jauh kayak kami panen abu, paling lama lagi paling konsisten.

Fenomena letusan kelud 2014 ini boleh jadi adalah izin Allah pada gunung tersebut untuk meramaikan tahun panas 2014 ini. Biar rakyat tidak muak dengan berita pencitraan yang sudah mengalahkan iklan Citra itu tidak muntah-muntah dan sadar lagi tentang hidup. Dengan adanya bencana ini, kita bisa beramal lagi untuk membantu saudara-saudara kami yang rumahnya dikirimi batu, batu yang mendekati kerikil, hingga yang kerikil betulan. Setidaknya kami disadarkan kembali untuk bersaudara, bukan menjadi pemirsa dari para pembuat citra yang terus melagukan omong kosong mereka.

Semoga kita bisa memetik hikmah atas peringatan ini. Dibandingkan dengan pergolakan politik yang berisi aksi saling menjatuhkan dan kedengkian yang tidak bermutu ini, maka akan lebih baik jika kita bersiaga bahwa setelah Kelud, masih banyak gunung lainnya yang akan mencitrakan dirinya. Dan itu sungguh lebih bermanfaat dan lebih menguatkan cita rasa tawakkal kita jika sejak awal kita mengaku beriman. Tapi entahlah bagi para penjual kepentingan atau mereka yang sudah dibutakan dengan uang. Itu urusan mereka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.