Gunungkidul, jika kata tersebut disampaikan sekilas pikiran kita tertuju pada sebuah kawasan kapur nan tandus yang kering kerontang. Memang persepsi itu tidak sepenuhnya salah. Namun sangat tidak adil jika ketika nama Gunungkidul disebut yang terbersit hanyalah gambaran seperti itu. Padahal di sepanjang pantai selatan daerah karst ini, terhampar puluhan pantai yang sangat indah dengan deburan ombak besar khas Samudera Hindia. Dari timur ke barat, terhampar pasir putih nan lembut dalam deretan pantai-pantai kecil mulai dari Sadeng, Wedi Ombo, Siung, bahkan sampai Ngrenehan dan Ngobaran di ujung barat sebelum akhirnya terhenti di daerah patahan yang memisahkan antara kabupaten Gunungkidul dengan kabupaten Bantul. Itulah sisi lain yang memesona dari kabupaten di propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang dikategorikan sebagai daerah tertinggal.
Namun demikian, penulis tidak akan memaparkan lebih jauh lagi tentang masalah pantai di gunungkidul dalam paper ini. Ada hal yang mengagumkan saat kita mengamati karang-karang yang ada di sepanjang pantai Gunungkidul. Cekungan-cekungan yang terbentuk pada batu karang gunungkidul yang cukup keras menunjukkan bahwa kekuatan ombak pantai selatan sangat besar. Hal ini wajar, karena memang berasal dari Samudera Hindia.
Di sisi lain, pasokan listrik di kabupaten yang berpenduduk 685.210 ini masih belum menjangkau seluruh wilayah secara optimal. Bahkan daerah-daerah pelosok selatan dan timur masih menggunakan energi listrik dari tenaga matahari yang jumlahnya terbatas melalui bantuan yang diberikan oleh Universitas Gadjah Mada. Masalah makin bertambah, karena energy listrik yang diperlukan itu tidak hanya untuk dipakai dalam penerangan, tetapi juga untuk menggerakkan pompa dalam mengangkut air tanah. Maklum, gunungkidul dikenal sebagai daerah yang sulit air. Bukan karena tidak ada air, tetapi kondisi batuan dan kedalaman air yang agak sulit di jangkau membuat warganya harus memberikan pengorbanan yang besar untuk mendapatkan suplai air bersih yang cukup. Maka dari itu diperlukan sebuah solusi untuk meningkatkan pasokan listrik yang memadai di kabupaten seluas 1.485,36 km2.
Berdasarkan beberapa paparan masalah dan potensi yang ada, maka penulis ingin membedah potensi ombak yang ada di kawasan pantai Gunungkidul agar kita mengetahui lebih jauh bagaimana potensi itu dapat dikembangkan dan langkah-langkah nyata apa yang dapat kita sumbangkan untuk meningkatkan pasokan energy listrik sehingga dapat mencukupi dan menjangkau seluruh kawasan kabupaten tersebut.
Berdasarkan data dari kementerian ESDM RI, daerah samudera Hindia sepanjang pantai selatan Jawa sampai Nusa Tenggara adalah lokasi yang memiliki potensi energi gelombang cukup besar berkisar antara 10-20 kW per meter gelombang, bahkan beberapa penelitian menyimpulkan bahwa energi gelombang di beberapa penelitian menyimpulkan bahwa energi gelombang di beberapa titik di Indonesia bisa mencapai 70 kW per meter di beberapa lokasi.
Karakteristik energi gelombang sangat sesuai untuk memenuhi kebutuhan energi kota-kota pelabuhan dan pulau-pulau terpencil di Indonesia. Sayangnya, pengembangan teknologi pemanfaatan energi gelombang di Indonesia saat ini masih belum optimal namun cukup menjanjikan. Pantai barat pulau Sumatera bagian selatan dan pantai selatan pulau Jawa bagian barat berpotensi memiliki energi gelombang laut sekitar 40 kW per meter. Meskipun penelitian untuk mendapatkan teknologi yang optimal dalam mengkonversi energi gelombang laut masih terus dilakukan, saat ini ada beberapa alternatif teknologi yang dapat dipilih. Alternatif teknologi yang diprediksikan tepat dikembangkan di pesisir pantai selatan pulau Jawa adalah Teknologi Tapered Channel (Tapchan).
Kegiatan pengembangan dan penelitian teknologi pemanfaatan energi gelombang masih terus dilakukan oleh kalangan peneliti dan akademisi. Beberapa penelitian untuk meningkatkan daya pada sistem konversi energi gelombang laut jenis cavity resonator dengan memodifikasikan bentuk tabung silinderya. Hasil penelitian menunjukan bahwa apabila periode gelombang diperbesar, maka tekanan udara yang terjadi orifice (lubang kecil diatas tabung) menjadi cukup signifikan yaitu rata-rata sekitar 40 persen lebih besar dari sebelumnya. Selanjutnya jika tinggi gelombang diperbesar maka tekanan yang terjadi menjadi besar signifikan yaitu rata-rata sekitar 200 persen. Bagaimanapun juga pengembangan teknologipembangkitan listrik dari energi gelombang masih tertinggal 10 sampai 20 tahun di belakang pengembangan teknologi pembangkitan energi terbarukan lainnya seperti mikro hidro maupun surya.
Peningkatan efisiensi dan kapasitas pembangkitan harus terus dilakukan, sampai saat ini pemanfaatan energi gelombang yang sudah diaplikasikan di Indonesia baik oleh lembaga litbang (BPPT, PLN) maupun institusi pendidikannya lainya, baru pada tahap penelitian dengan kapasitas beberapa kW. Energi pasang surut di wilayah Indonesia terdapat pada banyak pulau. Cukup banyak selat sempit yang membatasinya maupun teluk yang dimiliki masing-masing pulau. Hal ini memungkinkan untuk memanfaatkan energi pasang surut. Saat laut pasang dan surut aliran airnya dapat menggerakan turbin untuk membangkitkan listrik.
Sampai saat ini belum ada penelitian untuk pemanfaatan energi pasang surut yang memberikan hasil yang cukup signifikan di Indonesia. Negara-negara yang telah melakukan penelitian terhadap pemanfaatan energi pasang surut diantaranya Perancis, Rusia, Amerika Serikat, Kanada sejak tahun 1920. Tidak jauh berbeda dengan energi pasang surut, energi panas laut di Indonesia juga baru mencapai tahap penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti. Berdasarkan pola arus di perairan Indonesia pada kondisi pasang purnama, saat pasang tertinggi dan pada kondisi pasang perbani, saat surut terendah, diketahui bahwa secara umum kecepatan arus yang ada tidak terlalu besar, kecuali pada daerah Selat Bali, Selat Lombok dan Selat Makassar.
Saat ini pemanfaatan arus laut untuk pembangkitan tenaga listrik sudah sampai pada tahap impelemntasi (pilot project) oleh Tim T-files dari ITB dan Dr. Erwandi dari Laboratorium Hidrodinamika Indonesia, BPPT dan BRKP Kementerian Kelautan dan Perikanan. Tim T-Files ITB telah merancang turbin hidrokintetik jenis gorlov helical dan saat ini telah berhasil diujicobakan di Nusa Penida, Bali pada akhir Juli 2009 dengan kapasitas 5 kW (bekerjasama dengan Balitbang KESDM). Sementara BPPT dan BRKP-KKP bekerjasama dengan PT.Kobold Nusa (perusahaan patungan antara Ponte di Archimede (PdA), Italia dan PT. Walinusa Energi, akan membangun turbin arus laut dengan kapasitas 20 kW di Selat Lombok dan diharapkan proyek ini akan selesai pada pertengahan tahun 2011.
BPDP – BPPT pada tahun 2004 telah berhasil membangun prototype OWC pertama di Indonesia. Prototype itu dibangun di pantai Parang Racuk, Baron, Gunung Kidul. Prototype OWC yang dibangun adalah OWC dengan dinding tegak. Luas bersih chamber 3m x 3m. Tinggi sampai pangkal dinding miring 4 meter, tinggi dinding miring 2 meter sampai ke ducting, tinggi ducting 2 meter. Prototype OWC 2004 ini setelah di uji coba operasional memiliki efisiensi 11%. Pada tahun 2006 ini pihak BPDP – BPPT kembali membangun OWC dengan sistem Limpet dipantai Parang Racuk, Baron, Gunung Kidul . OWC Limpet dibangun berdampingan dengan OWC 2004 tetapi dengan model yang berbeda. Dengan harapan besar energi gelombang yang bisa dimanfaatkan dan efisiensi dari OWC Limpet ini akan lebih besar dari pada OWC sebelumnya.
Dari uraian yang cukup panjang di atas diketahui bahwa potensi ombak pantai selatan, khususnya di kawasan pantai kabupaten Gunungkidul sangat besar. Ini adalah sumber energi masa depan yang sangat besar. Untuk sebuah kabupaten yang masih kekurangan pasokan listrik primer akan sangat sulit untuk mengembangkan sektor industrinya jika tidak didukung oleh penambahan pasokan listrik dalam skala besar. Padahal hasil bumi Gunungkidul yang berupa gaplek dan tanaman palawija cukup berkualitas. Seharusnya hal itu dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat jika semuanya dapat diolah dan dijadikan produksi olahan di Gunungkidul sendiri sebelum dikirim ke daerah luar.
Maka dari itu, penulis menguraikan sebuah mimpi dan gagasan untuk dapat mewujudkan mimpi tersebut di masa depan. Mimpi yang diharapkan dapat terwujud adalah terpenuhinya pasokan listrik di seluruh wilayah kabupaten Gunungkidul dengan memanfaatkan energi gelombang laut. Apa yang dapat dilakukan? Pertama, membangun visi bersama untuk mewujudkan Gunungkidul yang kaya sumber energi. Hal ini dapat dilakukan melalui kampanye ke berbagai elemen masyarakat untuk membuka paradigma mereka agar mau mengerti pentingnya pendidikan yang visioner bagi generasi mereka. Pendidikan yang tidak pragmatis adalah harga mati bagi putra-putri Gunungkidul, yaitu pendidikan yang bervisi pengembangan masyarakat agar ke depan tumbuh kesadaran selaku putra-putra daerah untuk kembali membangun daerahnya. Di mana pun boleh sukses, yang penting setelah itu kembali untuk membangun daerahnya
Hal yang selanjutnya adalah mendorong kesadaran para pelajar Gunungkidul melalui seminar-seminar yang membuka wawasan tentang potensi alam Gunungkidul yang banyak. Diharapkan ada putra-putri Gunungkidul yang menekuni lebih jauh bidang-bidang yang diperlukan untuk pemanfaatan energi gelombang laut melalui jenjang perkuliahan hingga akhirnya lahir ilmuwan-ilmuwan yang memiliki perhatian untuk mengembangkan daerahnya. Mengapa hal ini penting untuk dilakukan? Karena saat ini sebenarnya sudah cukup banyak orang Gunungkidul yang telah menempati posisi strategis di pemerintahan namun kontribusi langsung kepada masyarakat Gunungkidul belum dirakasakan secara maksimal. Di sisi lain, tingkat urbanisasi masyarakat akibat keinginan untuk mendapatkan penghasilan layak di kota sangat tinggi. Para pelaku urbanisasi ini adalah generasi muda yang lulus SMA/ SMK namun tidak berminat melanjutkan kuliah. Maka sekali lagi, membuka wawasan generasi muda Gunungkidul secara terencana dan berkelanjutan adalah jalan yang harus diusahakan dengan cara apa pun.
Gagasan ini tidak untuk diwujudkan dalam waktu yang singkat. Tapi pasti ada hal yang dapat kita lakukan sejak sekarang. Yaitu dengan berbagi gagasan dan terus menyebarkan ide-ide perubahan melalui berbagai aktivitas nyata, mulai dari membentuk komunitas-komunitas pemuda. Dimulai dari teman-teman terdekat, maka kita wujudkan impian itu satu demi satu. Kemudian didukung dengan pembentukan jaringan komunikasi yang baik antara pemuda dan pemerintah maka akan terwujud sebuah tatanan kehidupan masyarakat baru yang peduli pada perbaikan generasi untuk mewujudkan Gunungkidul yang berkecukupan energi.
Referensi:
http://www.pariwisata.gunungkidulkab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=47&Itemid=34
http://www.gunungkidulkab.go.id/home.php?mode=content&id=78
(repost from http://baktinusadduns.wordpress.com/2012/04/01/potensi-ombak-di-gunungkidul-sumber-energi-masa-depan-yang-menjanjikan/)